Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Mengarungi Sungai Elo

Rafting atau yang biasa kita kenal dengan sebutan arung jeram. Arung jeram merupakan kegiatan mengarungi jeram-jeram sungai yang sangat menantang. Arung jeram termasuk olahraga air yang memiliki sejarah yang cukup panjang sejak abad ke-19 yang dipelopori oleh seorang tentara yang berasal dari negeri Paman Sam (Amerika Serikat) yaitu Mayor John Wesley Powell. Beliau memperkenalkan arung jeram pertama kali dengan menyusuri Sungai Colorado sejauh 250 mil yang melintasi gugusan tebing raksasa, yang kemudian diberi nama Grand Canyon. Pada saat ini digunakan perahu yang disusun dari kayu. Kemudian arung jeram berkembang ke Benua Amerika dan Eropa. Aktivitas ini ternyata berkembang dan menjadi sangat populer. Seiring perkembangan zaman, kegiatan ini mulai banyak digemari dan diproduksi perahu khusus untuk arung jeram dengan material yang kuat agar dapat mengangkut lebih banyak orang dan perbekalan. Kemudian mulai bermunculan sarana-sarana baru untuk kegiatan berarung jeram seperti,

Catatan Surabaya

Pagi itu sang surya belum menampakkan dirinya, langit masih cukup gelap. Tapi aku telah bangun untuk melangkah memulai hari ini. Aku akan menuju Kota Surabaya. Seperti hari biasanya, aku akan melakukan koordinasi dengan Bapak Penyidik di Polda Jawa Timur. Hal ini aku lakukan terkait perkara yang tengah aku tangani. Ini bukanlah perjalanan pertamaku. Perjalanan kesekian yang kembali aku susuri dengan semangat yang menggebu-gebu. Melewati jalan toll yang disetiap sisinya dipenuhi sawah-sawah yang tengah menghijau. Burung-burung yang terbang entah kemana tujuan mereka. Tampak pula Pak Tani bersiap untuk menggarap sawah-sawahnya. Pagi itu jalanan cukup ramai dengan kendaraan. Berbagai tujuan, berbagai kepentingan yang membuat mereka memulai hari sepagi ini. Pukul 09.30 WIB, aku telah tiba di Polda Jawa Timur. Menunggu kedatangan Bapak Penyidik sembari bersantai melepas penatnya perjalanan pagi itu. Hmm... Cukup pagi memang, namun tampak beberapa orang tengah berbincang-bincang.

Aku, Kamu, Kita Berjuang Bersama

Jumat, 17 April 2020. Pagi itu biasa saja. Matahari masih bangun dari Timur. Bersinar gagah, membangunkan siapa saja yang masih dapat kesempatan untuk punya hari baru. Aku pun semangat menyambut hari itu. Menyambut hari dimana aku akan kembali bertemu saudara-saudaraku dijalan. Surya sepertinya membaca semangatku. Ia pun sangat bersemangat sampai peluh jadi tanda teriknya hari itu. Pukul 13.00 aku siap. Dan, Babarsari. Menjadi tujuan pertama aku hari itu. Belum lama aku menyusuri daerah kekuasaan mahasiswa yang kini sepi itu, aku bertemu seorang ibu dan anaknya yang sedang membawa gerobaknya. Dengan sigap aku turun dan memberikannya hadiah karena masih mau berjuang hari itu. Sekotak nasi untuk makan siang bersama anaknya. Pelan-pelan melaju, ke arah jalan solo yang mulai ramai, seperti tidak ada apa-apa.  Tepat setelah aku mengarahkan kemudiku ke kiri, ada 2 orang bapak yang masih cukup muda yang duduk dibalik gerobak penuh dengan barangnya. Tak mau kalah semangat dengan Mat

Cerita dari Pakualaman

Kamis, 16 April 2020 hari ini aku kembali menyusuri Kota Yogyakarta. Menyusuri sepanjang jalan kota yang mulai terlihat ramai dengan kendaraan. Kulihat kerumunan Bapak becak disekitar Pakualaman. Siang itu cuaca tidak terlalu terik seperti hari kemarin. Namun bapak-bapak becak ini tetap setia menunggu para penumpangnya. Wajah mereka terlihat letih, namun mereka tetap bersemangat menanti rupiah untuk dibawa pulang. Sepertinya pandemik corona ini tidak menjadi penghalang mereka mencari nafkah. Tidak hanya bapak becak, tapi juga para pengemudi ojek online dan beberapa pedagang terlihat berjualan. Aku melihat para pedagang membawa serta anak-anak mereka. Seorang anak kecil turut antri menerima kotak yang aku berikan. Wajahnya begitu gembira, dengan menggunakan masker yang kebesaran. Dengan baju panjang dan jilbab yang menutupi kepalanya. Aku menerapkan sekaligus mengajarkan kepada saudaraku tentang budaya antri. Antrian ini bertujuan agar tidak berdesak-desakan dan tetap menera

Sedikit Kebahagiaan untuk Mereka

Selasa, 14 April 2020 adalah hari pertama aku membagi sedikit kebahagiaan kepada mereka, saudar-saudaraku yang kurang beruntung. Disaat yang lain sudah dapat bekerja dari rumah, tapi tidak dengan mereka. Saudara-saudaraku ini masih harus keluar rumah, mencari nafkah demi dapur tetap berasap. Mereka yang harus keluar rumah melawan ketakutan akan pandemi corona. Aku berjalan menyusuri jalan Kota Yogyakarta. Becak, pemulung, ojek online, gelandangan, pengemis serta bapak parkir juga tidak luput dari penglihatanku. Siang itu jalanan cukup lengang, Kota Yogyakarta tidak seperti biasanya. Jalanan yang biasanya padat dengan kendaraan bermotor dan tidak bermotor. Para turis pun absen dari pandangan. Potret yang sangat berbanding terbalik dengan predikat yang disematnya, Kota Wisata. Matahari begitu terik membuat suasana menjadi sangat panas dan melelahkan. Di sepanjang tepi jalan, terlihat beberapa Bapak becak tertidur diatas becaknya menunggu penumpang. Alam seakan mengerti b