Langsung ke konten utama

Sedikit Kebahagiaan untuk Mereka


Selasa, 14 April 2020 adalah hari pertama aku membagi sedikit kebahagiaan kepada mereka, saudar-saudaraku yang kurang beruntung. Disaat yang lain sudah dapat bekerja dari rumah, tapi tidak dengan mereka. Saudara-saudaraku ini masih harus keluar rumah, mencari nafkah demi dapur tetap berasap. Mereka yang harus keluar rumah melawan ketakutan akan pandemi corona.

Aku berjalan menyusuri jalan Kota Yogyakarta. Becak, pemulung, ojek online, gelandangan, pengemis serta bapak parkir juga tidak luput dari penglihatanku.

Siang itu jalanan cukup lengang, Kota Yogyakarta tidak seperti biasanya. Jalanan yang biasanya padat dengan kendaraan bermotor dan tidak bermotor. Para turis pun absen dari pandangan. Potret yang sangat berbanding terbalik dengan predikat yang disematnya, Kota Wisata.

Matahari begitu terik membuat suasana menjadi sangat panas dan melelahkan. Di sepanjang tepi jalan, terlihat beberapa Bapak becak tertidur diatas becaknya menunggu penumpang. Alam seakan mengerti bahwa saudaraku sangat lelah, angin bertiup sepoi-sepoi membawa hawa nyaman untuk beristirahat sejenak. 

Kemudian aku menyusuri jalan sekitaran Stadion Kridosono, ketika aku menepi dan mulai membagikan kotak yang aku bawa terlihat wajah-wajah sumringah mereka. Wajah mereka memberikan semangat baru untukku. Keluh kesah saudaraku kepada alam seolah terjawab. "Setidaknya hari ini, aku pulang tidak dengan tangan hampa, seperti hari yang lalu" ujar raut wajah itu. 
Ditepi lampu merah itu, aku melihat seorang Bapak duduk dengan murung. Dia seorang pengemis yang biasa "mangkal" di lampu merah Baciro sekitaran Mako Brimob D. I. Yogyakarta. Hari ini yang tersenyum tidak hanya Bapak becak, Bapak parkir, pengemudi ojek online.

Beliau pun, melesungkan lengkung kebahagiaan yang sama. Namun, miris rasanya, diusia beliau yang seharusnya menikmati masa tuanya, masih harus bekerja mencari nafkah untuk dirinya dan mungkin juga untuk anak-anaknya. Aku berpikir bagaimana jika orang tua kita pada posisi yang sama dengan mereka? Tidak, aku akan membiarkan mereka duduk dirumah dan menikmati masa tua mereka dengan bahagia.

Aku berharap hari ini, esok, lusa dan sampai kapanpun saudara-saudaraku ini akan selalu diberikan kebahagiaan dan berkah yang melimpah. Tuhan menjaga dan melindungi kalian selalu. #RHPBerbagi



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengarungi Sungai Elo

Rafting atau yang biasa kita kenal dengan sebutan arung jeram. Arung jeram merupakan kegiatan mengarungi jeram-jeram sungai yang sangat menantang. Arung jeram termasuk olahraga air yang memiliki sejarah yang cukup panjang sejak abad ke-19 yang dipelopori oleh seorang tentara yang berasal dari negeri Paman Sam (Amerika Serikat) yaitu Mayor John Wesley Powell. Beliau memperkenalkan arung jeram pertama kali dengan menyusuri Sungai Colorado sejauh 250 mil yang melintasi gugusan tebing raksasa, yang kemudian diberi nama Grand Canyon. Pada saat ini digunakan perahu yang disusun dari kayu. Kemudian arung jeram berkembang ke Benua Amerika dan Eropa. Aktivitas ini ternyata berkembang dan menjadi sangat populer. Seiring perkembangan zaman, kegiatan ini mulai banyak digemari dan diproduksi perahu khusus untuk arung jeram dengan material yang kuat agar dapat mengangkut lebih banyak orang dan perbekalan. Kemudian mulai bermunculan sarana-sarana baru untuk kegiatan berarung jeram seperti,

Catatan Surabaya

Pagi itu sang surya belum menampakkan dirinya, langit masih cukup gelap. Tapi aku telah bangun untuk melangkah memulai hari ini. Aku akan menuju Kota Surabaya. Seperti hari biasanya, aku akan melakukan koordinasi dengan Bapak Penyidik di Polda Jawa Timur. Hal ini aku lakukan terkait perkara yang tengah aku tangani. Ini bukanlah perjalanan pertamaku. Perjalanan kesekian yang kembali aku susuri dengan semangat yang menggebu-gebu. Melewati jalan toll yang disetiap sisinya dipenuhi sawah-sawah yang tengah menghijau. Burung-burung yang terbang entah kemana tujuan mereka. Tampak pula Pak Tani bersiap untuk menggarap sawah-sawahnya. Pagi itu jalanan cukup ramai dengan kendaraan. Berbagai tujuan, berbagai kepentingan yang membuat mereka memulai hari sepagi ini. Pukul 09.30 WIB, aku telah tiba di Polda Jawa Timur. Menunggu kedatangan Bapak Penyidik sembari bersantai melepas penatnya perjalanan pagi itu. Hmm... Cukup pagi memang, namun tampak beberapa orang tengah berbincang-bincang.