Kamis, 16 April 2020 hari ini aku kembali menyusuri Kota Yogyakarta. Menyusuri sepanjang jalan kota yang mulai terlihat ramai dengan kendaraan. Kulihat kerumunan Bapak becak disekitar Pakualaman.
Siang itu cuaca tidak terlalu terik seperti hari kemarin. Namun bapak-bapak becak ini tetap setia menunggu para penumpangnya. Wajah mereka terlihat letih, namun mereka tetap bersemangat menanti rupiah untuk dibawa pulang.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_Yv26YgOssXqz91rD4ZK0NBZVb34MGLB-NqOksRS59XrejQz0dlHBBswBxTThypVlwbxV4ExG2DHxg6UT9JEDJpXmh-Lm66zDPYo9z6ZwJEGWy34Z-bakt4sLq-uLb_Xs3cyYRb1tK1-o/s320/IMG_7946.jpeg)
Sepertinya pandemik corona ini tidak menjadi penghalang mereka mencari nafkah. Tidak hanya bapak becak, tapi juga para pengemudi ojek online dan beberapa pedagang terlihat berjualan.
Aku melihat para pedagang membawa serta anak-anak mereka. Seorang anak kecil turut antri menerima kotak yang aku berikan. Wajahnya begitu gembira, dengan menggunakan masker yang kebesaran. Dengan baju panjang dan jilbab yang menutupi kepalanya.
Aku menerapkan sekaligus mengajarkan kepada saudaraku tentang budaya antri. Antrian ini bertujuan agar tidak berdesak-desakan dan tetap menerapkan physical distancing. Selain itu juga kondisi lokasi yang tepat berada dipinggir jalan akan menjadi semakin ramai dan tidak kondusif jika sampai terjadi kemacetan. Keselamatan para pengguna jalan juga menjadi tanggung jawabku sebagai pengguna jalan.
Hari ini juga aku mendapatkan sebuah kisah inspiratif dari seorang pengemudi ojek online. Beliau adalah seoarang bapak yang bekerja disebuah restoran. Namun karena restoran tempat beliau bekerja tutup, kemudian beliau beralih profesi sebagai pengemudi ojek online. Demi memenuhi kebutuhan sang anak yang masih kecil dan istrinya, apapun akan beliau lakukan walaupun pendapatannya tidak sesuai.
Tuhan berkati dan lindungi selalu mereka yang bekerja untuk keluarganya. Agar saudara-saudaraku ini diberkahi dan diberikan ketabahan dalam menjalani setiap pekerjaannya. Orang tua yang bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Siang itu cuaca tidak terlalu terik seperti hari kemarin. Namun bapak-bapak becak ini tetap setia menunggu para penumpangnya. Wajah mereka terlihat letih, namun mereka tetap bersemangat menanti rupiah untuk dibawa pulang.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_Yv26YgOssXqz91rD4ZK0NBZVb34MGLB-NqOksRS59XrejQz0dlHBBswBxTThypVlwbxV4ExG2DHxg6UT9JEDJpXmh-Lm66zDPYo9z6ZwJEGWy34Z-bakt4sLq-uLb_Xs3cyYRb1tK1-o/s320/IMG_7946.jpeg)
Sepertinya pandemik corona ini tidak menjadi penghalang mereka mencari nafkah. Tidak hanya bapak becak, tapi juga para pengemudi ojek online dan beberapa pedagang terlihat berjualan.
Aku melihat para pedagang membawa serta anak-anak mereka. Seorang anak kecil turut antri menerima kotak yang aku berikan. Wajahnya begitu gembira, dengan menggunakan masker yang kebesaran. Dengan baju panjang dan jilbab yang menutupi kepalanya.
Aku menerapkan sekaligus mengajarkan kepada saudaraku tentang budaya antri. Antrian ini bertujuan agar tidak berdesak-desakan dan tetap menerapkan physical distancing. Selain itu juga kondisi lokasi yang tepat berada dipinggir jalan akan menjadi semakin ramai dan tidak kondusif jika sampai terjadi kemacetan. Keselamatan para pengguna jalan juga menjadi tanggung jawabku sebagai pengguna jalan.
Hari ini juga aku mendapatkan sebuah kisah inspiratif dari seorang pengemudi ojek online. Beliau adalah seoarang bapak yang bekerja disebuah restoran. Namun karena restoran tempat beliau bekerja tutup, kemudian beliau beralih profesi sebagai pengemudi ojek online. Demi memenuhi kebutuhan sang anak yang masih kecil dan istrinya, apapun akan beliau lakukan walaupun pendapatannya tidak sesuai.
Tuhan berkati dan lindungi selalu mereka yang bekerja untuk keluarganya. Agar saudara-saudaraku ini diberkahi dan diberikan ketabahan dalam menjalani setiap pekerjaannya. Orang tua yang bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Komentar
Posting Komentar